Rabu, 18 November 2009

Pengertian Tokusatsu

Tokusatsu
Tokusatsu (特撮) adalah istilah dalam bahasa Jepang untuk special effects dan seringkali digunakan untuk menyebut film sci-fi/fantasi/horor live-action produksi Jepang.
Tokushu Satsuei (atau Tokushu Gijutsu)
Istilah "tokusatsu" merupakan kependekan dari istilah tokushu satsuei (特殊撮影), sebuah istilah bahasa Jepang yang bisa diterjemahkan sebagai "special photography" yang berarti menggunakan trik kamera untuk karya fotografi. Biasanya, dalam sebuah film atau pertunjukan, orang yang bertanggung jawab untuk urusan spesial efek seringkali dipanggil dengan julukan tokushu gijutsu (特殊技術), yang berarti "special techniques" (Istilah ini dulu digunakan untuk menyebut "special effects"), atau tokusatsu kantoku (特撮監督).Dulu di Jepang, tokusatsu sangat populer. Terutama dikalangan anak-anak. Tapi seiring berjalannya waktu, tokusatsu mulai ditinggalkan. Banyak kalangan menilai, tokusatsu merupakan film yang ditujukan kepada anak-anak. Selain itu, pamor tokusatsu kalah dari anime dan manga yang sekarang sudah sangat populer di seluruh dunia. Akan tetapi, hal itu tidak membuat para perusahaan pembuat tokusatsu menyerah. Mereka mengubah jalan cerita dari tokusatsu itu menjadi lebih lucu dan menarik. Hal ini akan menggairahkan kembali tokusatsu yang sekarang sudah mulai padam.ada macam-macam jenid tokusatsu di jepang, dari semua itu tokusatsu dibagi mennjadi beberapa jenis yg terdiri dr: -Kamen Rider series, contoh:Kamen Rider, Kamen Rider Black, Kamen Rider Den-O -Super Sentai series, contoh:Google V, Zyuranger, Dekaranger, Gekiranger -Ultraman series, contoh:Ultraman, Ultraman Tiga, Ultraman Nexus, Ultra Seven X -kaiju series, contoh:Godzilla, Gamera -Metal Heroes series, contoh:Gavan, Spielvan, Jiraiya -Seishin series, contoh:Chouseishin Gransazer, Genseishin Justirisers -Other heroes series, contoh:Garo, Lionmaru
Eiji Tsuburaya
Eiji Tsuburaya (1901-1970) adalah salah satu tokusatsu kantoku terkenal di Jepang, dan dia lah yang telah memproduksi dan mempopulerkan karakter Godzilla and Ultraman. Tsuburaya bukan artis FX pertama, tetapi beliau telah berhasil membuat pertunjukan spesial efek di Jepang menjadi sesuatu hal yang berbeda. Ketika memproduksi suatu film yang mempertunjukkan makhluk-makhluk raksasa (seperti monster, superheroe, alien, dsb.), Tsuburaya biasanya menggunakan teknik yang melibatkan maket miniatur yang canggih, dan untuk monsternya biasanya menggunakan stuntman dengan kostum monster (sekarang disebut "Suitmation") atau boneka yang bisa diatur gerakannya (Mothra, Dogora, etc.). Walaupun sekarang sudah banyak spesial efek yang menggunakan efek digital, metode tokusatsu Tsuburaya tetap dipergunakan sampai sekarang, dan sudah menjadi tradisi tersendiri.
Suitmation
Suitmation (スーツメーション) adalah istilah yang biasanya digunakan di jepang untuk menyebut spesial efek yang menggunakan stuntman berkostum monster. Tidak ada yang tahu sejak kapan istilah itu digunakan; beberapa orang staff Toho sering menggunakan istilah itu untuk membedakan dengan teknik Dynamation (stop-motion) milik Ray Harryhausen. Istilah itu mulai banyak digunakan sejak film The Return of Godzilla.
Bahan Kostum
Kostum monster Godzilla biasanya dibuat dari latex, dengan ditambah berbagai macam lapisan (terutama lapisan tahan api). Kostum tersebut dibuat cukup tebal sehingga si pemakai tidak akan terluka oleh pancaran api dari mulut Godzilla. Gigi Godzilla pada awalnya dibuat dari kayu, tapi belakangan mulai digantikan oleh bahan resin. Kostum tersebut memiliki lubang kecil di leher yang memungkinkan sang aktor untuk melihat keluar. Bagian kepala dari kostum terdiri dari komponen mekanis yang bisa dikendalikan dari jauh untuk menggerakkan mata dan mulut.
Memakai kostum Gozilla merupakan siksaan tersendiri bagi para aktornya, terutama pada zaman dahulu, ketika studio produksi masih sangat panas dan belum dilengkapi AC. Kebanyakan aktor hanya sanggup memakainya selama 3 menit. Keadaan mulai berubah ketika studio Tsuburaya mulai menggunakan AC, dan sejak film Godzilla 2000: Millennium, sebuah selang oksigen diselipkan ke dalam kostum Godzilla melalui lubang kecil di bagian ekornya, selang tersebut langsung terhubung ke bagian leher kostum Godzilla, sehingga sang aktor pemakai bisa bernapas lega. Tsutomu Kitagawa, salah satu aktor yang pernah memakai kostum Godzilla, pernah mengatakan "sangat tidak dianjurkan bagi penderita claustrophobia untuk berperan sebagai Godzilla."
Sementara untuk kostum Ultraman biasanya menggunakan kostum ketat berbahan latex yang serupa dengan kostum yang digunakan oleh para penyelam. Helm Ultraman pada awalnya juga dibuat dari latex, tetapi kemudian diganti dengan fiberglass. Seperangkat alat elektronis memungkinkan mata dan Colortimer untuk menyala dan berkedip. Superhero dari Toei menggunakan bahan yang berbeda-beda untuk kostumnya, mulai dari bahan kulit, vinyl, sampai bahan kain. Sejak film Kagaku Sentai Dynaman, semua anggota Sentai memakai kostum spandex. Helm mereka dibuat dari fiberglass, dan memiliki alat pengait untuk membuka tutup helmnya.
Spesial efek lainnya
Teknik spesial efek Jepang tidak selalu hanya menggunakan aktor berkostum. Bahkan film Godzilla yang pertama diproduksi di tahun 1954 menggunakan berbagai teknik yang cukup canggih pada waktu itu untuk menghasilkan spesial efek yang diperlukan. Selain menggunakan Suitmation Godzilla, Eiji Tsuburaya juga menggunakan berbagai macam boneka untuk spesial efek, baik boneka tangan, maupun boneka animatronic, yang bisa mengeluarkan kabut asap untuk menciptakan ilusi seolah-olah Godzilla menyemburkan nafas radio-aktif. Tsuburaya bahkan pernah menggunakan teknik stop-motion untuk menggerakkan ekor Godzilla (kabarnya Tsuburaya sebenarnya menginginkan teknik stop-motion untuk semua adegan di film Godzilla, tetapi pihak Toho menolaknya, karena teknik stop-motion terlalu mahal dan dianggap buang waktu; Studio film Jepang pada umumnya hanya memiliki budget yang rendah dan jadwal produksi yang sangat padat).
Film-film Godzilla terbaru mulai menggunakan berbagai macam efek yang berbeda untuk menggerakkan monster-monster tersebut. Pada tahun 60-an, mereka menggunakan boneka mekanik berukuran kecil yang direkam dari kejauhan. sejak tahun 80-an, mereka menggunakan teknik robotic animatronic supaya Godzilla bisa keliatan lebih idup dan realistik (di film The Return of Godzilla mereka menggunakan "Cybot Godzilla" setinggi 6 meter dan mereka menggunakan boneka miniatur Godzilla di film Godzilla Vs. Biollante). Mereka juga menggunakan efek menyala pada sirip punggung Godzilla yang terbuat dari fibre reinforced plastic, dan bahkan di beberapa film terbarunya, mereka sudah mulai menggunakan CG untuk menciptakan efek tersebut.
Prinsip yang sama digunakan juga untuk film superhero lainnya; Beberapa superhero (seperti Kikaider dan Gavan) menggunakan komponen elektronik yang bisa menyala untuk keperluan close-up shot.
Penggunaan CGI di Tokusatsu
Supaya bisa bersaing dengan produksi Hollywood, film tokusatsu harus mulai menggunakan CGI. Film Heisei Gamera sudah menggunakan CGI sebagai spesial efek. Dan film-film Godzilla terbaru juga sudah menggunakan teknik spesial efek CGI. Teknik ini memungkinkan Godzilla untuk berenang di dalam air seperti ikan paus. Sekarang sudah banyak film superhero yang menggunakan CG, mulai dari adegan Ultraman terbang di udara, adegan henshin Kamen Rider, hingga ke adegan robot raksasa di serial Sentai, semua sudah menerapkan CG. Bahkan sejak zaman dulu, spesial efek CG sederhana sudah digunakan untuk beberapa efek optikal, misalnya efek tembakan laser, peluru kendali, dan efek ledakan.
Film tokusatsu lainnya yang sudah menggunakan CG antara lain Crossfire dan Casshern (remake dari serial anime tahun 1973 karya Tatsuo Yoshida).
Daftar perusahaan yang memproduksi Film Tokusatsu
Sesuai urutan abjad:
• Daiei Motion Picture Company (大映株式会社) ( Kadokawa Pictures, Inc. (角川映画株式会社))
• Nikkatsu Corporation (日活株式会社)
• Nippon Gendai (日本現代企画)
• P Productions (ピープロダクション)
• Senkosha (宣弘社)
• Shintoho Company Ltd. (新東宝株式会社)
• Shochiku Company, Ltd. (松竹株式会社)
• Toei Company, Ltd. (東映株式会社)
• Toho Company, Ltd. (東宝株式会社)
• Tsuburaya Productions (円谷プロダクション)
Subgenre Tokusatsu Populer
• Daikaijuu (大怪獣) (Makhluk Raksasa) misalnya:
o Godzilla (1954)
o Rodan (1956)
o Varan (1958)
o Mothra (1961)
o Gamera (1965)
o Gappa (1967)
• Kaijin (怪人) (Mutant - bisa diartikan sebagai "Makhluk aneh") Misalnya:
o The Rainbow Man (1949) (film fiksi ilmiah modern yang pertama di Jepang)
o Tomei Ningen Arawaru (1949)
o The Human Vapor (1960)
o Secret of the Telegian (1960)
o The Manster (1962)
o Matango (1963)
o Body Snatcher from Hell (1968)
• Science Fiction Movies (SF映画) (beberapa di antaranya menampilkan adegan Daikaiju or kaijin)
o The Mysterians (1957)
o Battle in Outer Space (1959)
o Atragon (1963)
o Submersion of Japan (1973)
o Crossfire (Pyrokinesis) (2000)
• Fantasy Movies (ファンタジー映画) Misalnya:
o The Three Treasures (1959)
o Daimajin (1966)
o The Magic Serpent (1966)
o Onmyoji (2001).
• Yokai Eiga (妖怪映画) (Film horor) Misalnya:
o Kwaidan (1965)
o Yokai Monsters (1968)
• Serial Ultra (ウルトラマン) - Salah satu serial paling populer di Jepang. Misalnya:
o Ultra Q (1966)
o Ultraman (1966)
o Ultra Seven (1967)
o Ultraman Ace (1974)
o Ultraman Tiga (1997)
o Ultraman Dyna (1998)
o Ultraman Gaia (2000)
o Ultraman Cosmos (2001)
o Ultraman Nexus (2005)
o Ultraman Max (2006)
o Ultraman Mebius (2007)
• Kyodai Hero (巨大ヒーロー) (Superhero raksasa) dipopulerkan oleh Ultraman. Misalnya:
o Ambassador Magma (1966) (The Space Giants)
o Spectreman (1971)
o Mirrorman (1971) Tsuburaya Productions
o Iron King (1972)
• Giant Robot (巨大ロボット) - Film yang bercerita mengenai superhero yang berwujud robot-robot raksasa. Misalnya:
o Giant Robo (1967) (Johnny Sokko and His Flying Robot)
o Jumborg Ace (1973)
o Super Robot Red Baron (1973)
o Super Robot Mach Baron (1974)
o Daitetsujin 17 (1977)
• Serial Kamen Rider (仮面ライダー) - Salah satu serial paling populer di Jepang.
o Kamen Rider (1971-1973)
o Kamen Rider V3 (1973-1974)
o Kamen Rider X (1974)
o Kamen Rider Amazon (1974-1975)
o Kamen Rider Stronger (1975-1976)
o Kamen Rider (Skyrider) (1979-1980)
o Kamen Rider Super-1 (1980-1981)
o Kelahiran di ke-10! Bersama-sama seluruh dari Kamen Rider!! (1984)
o Kamen Rider Black (1987-1988)
o Kamen Rider Black RX (1988-1989)
o Shin: Kamen Rider Prologue (1992)
o Kamen Rider ZO (1993)
o Kamen Rider J (1994)
o Kamen Rider Kuuga (2000-2001)
o Kamen Rider Agito (2001-2002)
o Kamen Rider Ryuki (2002-2003)
o Kamen Rider 555 (2003-2004)
o Kamen Rider Blade (2004-2005)
o Kamen Rider Hibiki (2005-2006)
o Kamen Rider The First (2005)
o Kamen Rider Kabuto (2006-2007)
o Kamen Rider Den-O (2007-2008)
o Kamen Rider Kiva (2008-2009)
o Kamen Rider Decade (2009)
o Kamen Rider Double (2009-2010)
• Henshin Hero (変身ヒーロー) Genre ini dipopulerkan oleh Kamen Rider. Misalnya:
o Henshin Ninja Arashi (1972)
o Android Kikaider (1972)
o Robot Detective (1973)
o Inazuman (1973)
o Inazuman Flash (1974)
o Kaiketsu Zubat (1977)
• Sentai (戦隊) (bisa diterjemahkan sebagai Pasukan Khusus, terjemahan resmi bahasa Inggris untuk istilah "sentai" adalah "Task Force") - merupakan serial populer yang masih bisa dimasukkan ke genre Henshin Hero. Yang membedakan adalah serial ini menampilkan satu team superhero yang biasanya terdiri dari lima orang atau lebih, seperti Kyoryu Sentai Zyuranger (1992). Serial ini juga dikenal sebagai "Super Sentai (スーパー戦隊)", istilah ini digunakan untuk menyebut serial Sentai yang menggunakan robot raksasa (sejak 1979). Serial lainnya diantaranya adalah:
o Himitsu Sentai Goranger (1975) Seri sentai pertama.
o Battle Fever J (1979) Seri Super Sentai pertama.
o Denshi Sentai Denziman (1980)
o Dai Sentai Goggle V (1982) Seri sentai pertama yang beredar di Indonesia.
o Kyouryuu Sentai Zyuranger (1992) Serial ini dipopulerkan oleh USA dengan judul Power Rangers dan berlanjut sampai serial Sentai yg terbaru
• Metal Hero (メタルヒーロー) - Merupakan serial superhero yang menggunakan armor metalik. Bisa dibagi menjadi 3 sub-categories:
o "Uchuu Keiji"
o "Cyborg Heroes"
o "Rescue Heroes"
• Serial Chouseishin (超星神シリーズ) - Serial produksi studio Toho untuk menyaingi kepopuleran serial Sentai dan serial Metal Heroes.
o Chouseishin Gransazer (2003)
o Genseishin Justiriser (2004)
o Chousei Kantai Sazer X (2005)
• Tokusatsu Superheroes (特撮ヒーロー) (Serial superhero lain yang tidak termasuk dalam kategori di atas) Misalnya:
o Super Giant (1957) (Starman)
o Moonlight Mask (1958) Serial superhero Jepang pertama yang diputar di TV
o Planet Prince (1958) (Prince of Space)
o 7-Color Mask (1959) Serial superhero pertama yang diproduksi Toei
o Akakage (1967)
o Kaiketsu Lion-Maru (1972)
o Rainbowman (1972)
o Ryuusei Ningen Zone (1973)
o Tetsujin Tiger Seven (1973)
o Denjin Zaborger (1974)
o Kaiju Booska (1966)
o Ganbare! Robocon (1974)
• Tokusatsu Heroines (特撮ヒロイン) Tidak semua tokoh utama tokusatsu adalah laki-laki, ada beberapa judul tokusatsu dengan tokoh utama perempuan (superheroine). Beberapa dari serial ini adalah serial tokusatsu biasa seperti halnya serial tokusatsu lainnya, sementara beberapa lainnya hanya cocok untuk konsumsi dewasa. Beberapa contoh serial superheroine antara lain:
o Suki! Suki! Majo-Sensei (1971) dengan tokoh utama superheroine "Andro-Mask"
o Sukeban Deka (judul aslinya adalah Sukeban Kei-ji スケバン刑事) (1985)
o Rosetta: The Masked Angel (1998)
o Dimensional Police Wecker D-02 (2002)
o Pretty Guardian Sailor Moon 美少女戦士セーラームーン (2003)
Pembagian genre-genre tersebut di atas tidak mutlak. Ada beberapa film tokusatsu yang menggabungkan berbagai genre tersebut. Misalnya film Demon Heaven Ghost Hero (1988), bercerita mengenai superhero berteknologi tinggi yang memerangi hantu-hantu dari zaman kekaisaran Jepang. Serial TV Ambassador Magma (1966) bisa dibilang mencampur-adukkan genre-genre tersebut di atas, karena menampilkan pasukan superhero raksasa berbaju metalik dan memiliki kemampuan untuk berubah wujud untuk melawan monster-monster raksasa dari ruang angkasa. Bahkan film Godzilla vs Megalon (1973) tidak hanya menampilkan monster raksasa, tetapi juga menampilkan sosok superhero.

Pengertian Otaku

Otaku

Otaku adalah istilah bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebut orang yang betul-betul menekuni hobi atau kata ganti orang kedua yang paling sopan dalam bahasa Jepang baku, setara dengan kata "Anda" dalam bahasa Indonesia.

Sejak paruh kedua dekade 1990-an, istilah Otaku mulai dikenal di luar Jepang untuk menyebut penggemar berat subkultur asal Jepang seperti anime dan manga, bahkan ada orang yang menyebut dirinya sebagai Otaku.

Etimologi

Istilah otaku kemungkinan besar berasal dari percakapan antar penggemar anime yang selalu menyapa lawan bicara dengan sebutan Otaku (お宅 ,Anda?) yang merupakan bentuk paling sopan untuk kata ganti orang kedua dalam bahasa Jepang. Pada perkembangan selanjutnya, istilah otaku ditulis dengan aksara katakana otaku (オタク ?) atau wotaku (ヲタク ?) untuk membedakan istilah slang dengan kata ganti orang kedua dalam bahasa Jepang baku.

Sejarah

Di awal dekade 1980-an sudah ada istilah slang bernada sumbang byōki (ビョーキ ,"sakit"?) yang ditujukan kepada penggemar berat lolicon, manga dan dōjin manga. Istilah byōki sudah sering muncul dalam dōjinshi sampai ke anime dengan peran utama anak perempuan seperti Minky Momo.

Istilah otaku pertama kali diperkenalkan oleh kolumnis Nakamori Akio dalam artikel “Otaku”no Kenkyū (おたくの研究 ,Penelitian tentang Otaku?)[1] yang dimuat majalah Manga Burikko. Dalam artikel yang dimuat bersambung dari bulan Juni hingga Desember 1983, istilah otaku digunakan untuk menyebut penggemar berat subkultur seperti anime dan manga.

Pada waktu itu, masyarakat umum sama sekali belum mengenal istilah otaku. Media massa yang pertama kali menggunakan istilah otaku adalah radio Nippon Broadcasting System yang mengangkat segmen Otakuzoku no jittai (おたく族の実態 ,situasi kalangan otaku?) pada acara radio Young Paradise. Istilah Otakuzoku (secara harafiah: suku Otaku) digunakan untuk menyebut kalangan otaku, mengikuti sebutan yang sudah ada untuk kelompok anak muda yang memakai akhiran kata "zoku," seperti Bōsōzoku dan Takenokozoku.

Pada perkembangan selanjutnya, sebutan otaku digunakan untuk pria lajang yang mempunyai hobi anime, manga, idol, permainan video, dan komputer pribadi tanpa mengenal batasan umur. Istilah otaku juga banyak dipakai untuk menyebut wanita lajang atau wanita sudah menikah yang membentuk kelompok sedikit bersifat "cult" berdasarkan persamaan hobi. Kalangan yang berusia 50 tahun ke atas yang merupakan penggemar berat high culture atau terus mengejar prestasi di bidang akademis jarang sekali dan hampir tidak pernah disebut otaku.

Istilah "otaku" dalam arti sempit awalnya hanya digunakan di antara orang-orang yang memiliki hobi sejenis yang membentuk kalangan terbatas seperti penerbitan Dōjinshi. Belakangan ini, istilah otaku dalam arti luas sering dapat mempunyai konotasi negatif atau positif bergantung pada situasi dan orang yang menggunakannya. Istilah otaku secara negatif digunakan untuk penggemar fanatik suatu subkultur yang letak bagusnya tidak bisa dimengerti masyarakat umum, atau orang yang kurang mampu berkomunikasi dan sering tidak mau bergaul dengan orang lain. Otaku secara positif digunakan untuk menyebut orang yang sangat mendalami suatu bidang hingga mendetil, dibarengi tingkat pengetahuan yang sangat tinggi hingga mencapai tingkat pakar dalam bidang tersebut.

Sebelum istilah otaku menjadi populer di Jepang, sudah ada orang yang disebut "mania" karena hanya menekuni sesuatu dan tidak mempunyai minat pada kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan orang. Di Jepang, istilah otaku sering digunakan di luar konteks penggemar berat anime atau manga untuk menggantikan istilah mania, sehingga ada istilah Game-otaku, Gundam-otaku (otaku mengenai robot Gundam), Gunji-otaku (otaku bidang militer), Pasokon-otaku (otaku komputer), Tetsudō-otaku (otaku kereta api alias Tecchan), Morning Musume-otaku (otaku Morning Musume alias Mō-ota), Jani-ota (otaku penyanyi keren yang tergabung dalam Johnny & Associates).

Secara derogatif, istilah otaku banyak digunakan orang sebagai sebutan bagi "laki-laki dengan kebiasaan aneh dan tidak dimengerti masyarakat umum," tanpa memandang orang tersebut menekuni suatu hobi atau tidak. Anak perempuan di Jepang sering menggunakan istilah otaku untuk anak laki-laki yang tidak populer di kalangan anak perempuan, tapi sebaliknya istilah ini tidak pernah digunakan untuk perempuan. Berhubung istilah otaku sering digunakan dalam konteks yang menyinggung perasaan, penggunaan istilah otaku sering dikritik sebagai praduga atau perlakuan diskriminasi terhadap seseorang.

Otaku juga identik dengan sebutan Akiba Kei yang digunakan untuk laki-laki yang berselera buruk dalam soal berpakaian. Sebutan Akiba Kei berasal dari gaya berpakaian laki-laki yang lebih suka mengeluarkan uang untuk keperluan hobi di distrik Akihabara, Tokyo daripada membeli baju yang sedang tren. Sebutan lain yang kurang umum untuk Akiba-Kei adalah A-Boy atau A-Kei, mengikuti istilah B-Boy (B-Kei atau B-Kaji) yang sudah lebih dulu ada untuk orang yang meniru penampilan penyanyi hip-hop berkulit hitam.

Generasi otaku di Jepang

  • Otaku generasi pertama (kelahiran paruh pertama tahun 1960-an)

Otaku generasi pertama dibesarkan sebagai penggemar fiksi sains di saat masyarakat umum masih mengganggap anime sebagai konsumsi anak-anak. Gekiga yang dimaksudkan sebagai bacaan orang dewasa lalu mulai dikenal secara luas. Otaku generasi pertama juga mulai ikut-ikutan membaca Gekiga. Di Jepang, generasi kelahiran tahun 1960-an disebut generasi Shinjinrui (Generation X) yang sewaktu kecil takjub dengan monster yang bisa berubah bentuk dan menyenangi Tokusatsu.

  • Otaku generasi II (kelahiran sekitar tahun 1970-an)

Di masa kecil membaca Space Battleship Yamato, Mobile Suit Gundam yang nantinya menjadi bekal penting untuk menjadi otaku. Masyarakat Jepang mulai menerima kehadiran otaku. Sebagian otaku generasi II tidak bisa membedakan antara dunia fiksi sains dengan alam nyata, misalnya Gundam-otaku (Gun-ota). Permainan video dekade 1980-an juga menjadi kegemaran otaku generasi II. Pada saat yang sama, masyarakat mulai menaruh praduga terhadap otaku akibat kasus pembunuhan heboh dengan pelaku seorang otaku. Di kalangan anak sebaya, otaku mulai mendapat perlakuan diskriminasi.

  • Otaku generasi III (kelahiran sekitar tahun 1980-an)

Di masa kecil membaca Neon Genesis Evangelion, otaku generasi III sekarang menjadi inti gerakan Sekai Kei. Anak-anak dari otaku generasi I mulai menjadi otaku sehingga citra negatif otaku semakin berkurang dan otaku hanya dianggap sebagai salah satu hobi. Di kalangan otaku generasi III, kecenderungan Moé sudah menjadi istilah yang disepakati bersama, sekaligus sebagai prinsip dan tujuan. Otaku generasi III makin tenggelam di dalam dunia yang digambarkan manga, dan bahkan sampai menyenangi high culture yang ada di dalamnya.

Jumat, 13 November 2009

Pengertian Manga

Manga

Manga (漫画) (baca: man-ga, atau ma-ng-ga) merupakan kata komik dalam bahasa Jepang; di luar Jepang, kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang. Mangaka (漫画家) (baca: man-ga-ka, atau ma-ng-ga-ka) adalah orang yang menggambar manga.[1]



Manga di Jepang

Majalah-majalah manga di Jepang biasanya terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman majalah itu (satu chapter/bab). Majalah-majalah tersebut sendiri biasanya mempunyai tebal berkisar antara 200 hingga 850 halaman. Sebuah judul manga yang sukses dapat terbit hingga bertahun-tahun seperti "ジョジョの奇妙な冒険 / Jojo no Kimyō na Bōken / JoJo's Bizarre Adventure / Misi Rahasia". Umumnya, judul-judul yang sukses dapat diangkat untuk dijadikan dalam bentuk animasi (atau sekarang lebih dikenal dengan istilah ANIME) contohnya adalah seperti Naruto, Bleach dan One Piece

Beberapa manga cerita aslinya bisa diangkat berdasarkan dari novel / visual novel, contohnya adalah "Basilisk" (tidak beredar di Indonesia) berdasarkan dari novel "甲賀忍法帖, Kōga Ninpōchō" oleh Futaro Yamada, yang menceritakan pertarungan antara klan ninja Tsubagakure Iga dan klan ninja Manjidani Koga. Ada juga yang mengangkat dari segi sejarah, seperti sejarah Tiga Kerajaan (The Three Kingdom) seperti Legenda Naga (Ryuuroden) dan sejarah-sejarah Jepang, kadang ada yang memakai nama yang benar benar ada, ada juga yang memakai tokoh fiktif

Tokoh Goku dalam Dragonball Evolution

Setelah beberapa lama, cerita-cerita dari majalah itu akan dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut tankōbon (atau kadang dikenal sebagai istilah volume). Komik dalam bentuk ini biasanya dicetak di atas kertas berkualitas tinggi dan berguna buat orang-orang yang tidak atau malas membeli majalah-majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam campuran cerita/judul. Dari bentuk tankōbon inilah manga biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain di negara-negara lain seperti Indonesia.

Untuk beberapa judul (yang sukses) bahkan telah/akan dibuat versi manusia (Live Action, atau kadang disingkat sebagai L.A. di jepang), beberapa judul yang telah diangkat menjadi Live Action adalah Death Note, Detektif Conan, GeGeGe no Kintaro, Cutie Honie, Casshern, DevilMan, Saigake!! Otokojuku dan lain lain [2]

Lebih lanjut sebagian judul juga akan dibuat remake kembali secara internasional oleh produsen di luar negara Jepang, seperti Amerika, yang membuat film Live Action Dragon Ball versi Hollywood (20'th Century Fox)[3], dan kabarnya juga akan dibuat versi live action dari Death Note oleh pihak produser barat[4].

Berdasarkan jenis pembaca

  • Manga yang khusus ditujukan untuk anak-anak disebut kodomo (子供) — untuk anak-anak.
  • Manga yang khusus ditujukan untuk (Wanita) dewasa disebut josei (女性) (atau redikomi) — wanita.
  • Manga yang khusus ditujukan untuk dewasa disebut seinen (青年) — pria.
  • Manga yang khusus ditujukan untuk perempuan disebut shōjo (少女) — remaja perempuan.
  • Manga yang khusus ditujukan untuk laki-laki disebut shōnen (少年) — remaja lelaki.

Banyak dari jenis-jenis ini juga berlaku untuk anime dan permainan komputer Jepang.

Dua penerbit manga terbesar di Jepang adalah Shogakukan (小学館) [1] dan Shueisha (集英社) [2].

Gaya penggambaran

Rata-rata mangaka di Jepang menggunakan gaya/style sederhana dalam menggambar manga. Tetapi, gambar latar belakangnya hampir semua manga digambar serealistis mungkin, biarpun gambar karakternya benar-benar sederhana. Para mangaka menggambar sederhana khususnya pada bagian muka, dengan ciri khas mata besar, mulut kecil dan hidung sejumput. Ada juga gaya menggambar Lolicon maupun Shotacon.

Tidak semua manga digambarkan dengan sederhana. Beberapa mangaka menggunakan style yang realistis, walaupun dalam beberapa elemen masih bisa dikategorikan manga. Seperti contohnya Vagabond, karya Takehiko Inoue yang menonjolkan penggunaan arsir, proporsi seimbang dan setting yang realistis.[rujukan?] Tetap, Vagabond dikategorikan manga karena gaya penggambaran mata, serta beberapa bagian yang simpel. Manga juga biasa digambar dalam monochrome dan gradasinya yang biasa disebut tone.

Untuk komik jangka panjang atau yang memiliki ratusan volume, umumnya seiring dengan perkembangan waktu, para mangaka akan mengalami perubahan goresan yang cukup signifikan.[rujukan?] Contoh yang umum di Indonesia mungkin karaya Hojo Tsukasa yang dari Cat Eyes berubah menjadi seperti dalam City Hunter. Atau karya lain Ah ! My Goddess yang dimulai sejak 1988 dan sampai sekarang masih terus berjalan. One Piece and Naruto pun cukup berubah bila dibandingkan pada goresan volume volume awal.[rujukan?]

Doujinshi

Doujinshi adalah sebutan bagi manga yang dibuat oleh fans manga tersebut yang memiliki alur cerita atau ending yang berbeda dari manga aslinya. Para fans ini biasa mendistribusikannya dari tangan ke tangan, dijual secara indie di toko doujinshi, atau mengikuti konvensi akbar doujinshi yang biasa disebut Comiket. Disini dijual ribuan judul doujinshi tiap tahunnya. Pengunjungnya bisa mencapai 400.000 orang.

Doujinshi sendiri kadang menjadi batu loncatan seseorang/kelompok untuk menjadi mangaka. Ken Akamatsu (Love Hina, Negima) juga sering membuat dojin karyanya sendiri. Manga yang bertema hentai biasanya adalah dojin dari manga tertentu yang sudah terkenal. Biasanya karakter manga tersebut memang didesain untuk jadi "sasaran" para dojin-ka (sebutan bagi para pembuat dojin, sama seperi manga-ka).

Manga di Indonesia

Penerbit

Dua penerbit manga terbesar di Indonesia adalah Elex Media Komputindo dan m&c Comics yang merupakan bagian dari kelompok Gramedia. Sekitar tahun 2005, kelompok Gramedia juga telah menghadirkan Level Comics, yang lebih terfokus pada penerbitan manga-manga bergenre Seinen (dewasa).

Tedapat beberapa penerbit ilegal di Indonesia, namun tampaknya peredarannya hanya sebatas di wilayah kota kota besar, karena untuk beberapa daerah tidak ditemukan komik-komik jenis ini. Perbedaan yang mencolok dari penerbit ilegal ini, mereka tampak lebih terbuka terhadap sensor dibandingkan dengan manga terbitan Elex yang jauh lebih ketat dalam hal sensor. [5]

Format baca dan Kejanggalan

Aslinya bahasa Jepang biasanya ditulis dari kanan ke kiri, sehingga penggambaran manga dan ditulis dengan sistem seperti ini di Jepang, yang umum disebut sebagai istilahnya "raw" (mentah). Hal ini berbeda dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang biasa membaca dari kiri (atau sebagai patokan cover depan ada di bagian kiri) ke kanan. Sebelum tahun 2000-an, menyikapi masalah perbedaan budaya ini, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia gambar dan halamannya umumnya di-flip sehingga dapat dibaca dari kiri ke kanan. Hal ini menyebabkan sering terlihat tokoh tokoh dalam komik terlihat kidal (penggunaan tangan kiri yang dominan) dan sedikit aneh

DSCF6944.jpg


DSCF7613.jpg


Contoh halaman yang terjemahannya tidak sesuai dengan gambar

Untuk beberapa manga yang tidak mempermasalahkan keadaan terbalik ini, hal semacam ini tidak terlalu dipermasalahkan, namun kerancuan menjadi sangat mengganggu dalam terjemahan manga genre detektif seperti Detektif Conan, Q.E.D atau Detektif Kindaichi yang sering memberikan informasi/petunjuk yang sangat menyesatkan pembaca karena pada bagian cerita di bab depan tidak sesuai dengan hasil deduksi/kesimpulan dari tokoh utama maupun fakta yang tergambar dalam cerita. Bahkan dalam suatu buku cerita, kadangkala hanya satu panel yang dibalik (pada bagian deduksi) yang semakin memperparah inti cerita. (lihat gambar di samping)

Manga pertama yang mepertahankan format seperti format Jepang asli (raw) adalah Rurouni Kenshin. Selain itu, beberapa penulis komik seperti Takehiko Inoue yang menciptakan komik Slam Dunk tidak setuju karya mereka diubah begitu saja dan minta agar karya mereka dibiarkan dalam format aslinya (raw). Kini, manga-manga yang terbit di Indonesia biasanya sudah diterbitkan dalam format aslinya, terutama untuk pernerbit terbitan "LEVEL COMICS" semuannya sudah mengikuti format asli RAW Jepang, kecuali untuk beberapa judul dari penerbit "Elex Media Komputindo" yang sebagian ada yang telah mulai diterbitkan sebelum tahun 2000-an.

Beberapa judul (yang telah diterjemahkan / dikenal dalam bahasa Indonesia) yang telah memakai format baca ala jepang (raw) adalah :

  • Monster (2003) [M&C!]

Monster - Urasawa Naoki (1995)

  • Comic Bomber (2008) [Elex Media Komputindo]

Hoero Pen - SHIMAMOTO Kazuhiko (2002)

  • ROAD to St. ANDREWS DANDOH XI (2008) [Elex Media Komputindo]

DAN DOH!! XI - SAKATA Nobuhiro & BANJO Daichi (2002)

  • AEGIS in the DARK (2008) [Elex Media Komputindo]

YAMI NO AEGIS - NANATSUKI Kyouichi & FUJIWARA Yoshihide (2006)

  • C.M.B. (2008) [Elex Media Komputindo]

C.M.B. - Shinra Hakubutstukan no Jiken Mokuroku - Motohiro Katou (2006)

  • Kungfu Boy Legends (2008) [Elex Media Komputindo]

Tekken Chinmi Legends - Takeshi Maekawa (2007)

  • A.S.Animal Sense (2008) [Elex Media Komputindo]

A.S.(Animal Sense) - Takeshi Maekawa (2006)

  • Yotsuba &! (2008) [Elex Media Komputindo]

Yotsubato! - Kiyohiko Azuma / Yotuba Sutazio (2007)

  • Azumanga DAIOH [Elex Media Komputindo]
  • ONE PIECE [Elex Media Komputindo]
  • Gash Bell [M&C!]
  • Ghost Sweeper Mikami [Elex Media Komputindo]

Pengaruh pada kultur di Indonesia

Karena banyaknya manga yang diterbitakan di Indonesia sejak dari zaman Doraemon, Candy Candy, maupun Kungfu Boy yang membanjiri pasar Indonesia yang berlangsung selama bertahun-tahun dengan distribusi yang cukup teratur sehingga menyebabkan manga terbitan Elex Media Komputindo sangat mudah diperoleh apabila dibandingkan dengan peredaran komik Eropa/Amerika yang relatif lebih susah dan lebih mahal, kecuali Donal Bebek yang masih bisa didapat secara teratur tiap minggunya.

Hal ini mengakibatkan terjadinya debat kusir pada proses pembentukan komik karya "Indonesia", karena secara tidak langsung banyak generasi komikus muda di Indonesia baik tanpa sadar maupun sadar, terpengaruh oleh gaya aliran Jepang (manga) ini. Hal ini pun masih diperdebatkan, namun mengingat dengan beberapa pengarang asal Korea dan Hong Kong yang memiliki goretan yang cukup mirip dengan manga Jepang, harusnya hal ini tidak dipermasalahkan.

Di Indonesia juga terdapat komunitas-komunitas penggemar manga dan anime. Biasanya mereka berkumpul dan berbagi dengan penggemar lain lewat internet atau berkumpul di suatu tempat. Para penggemar yang bertemu di internet/forum biasa mengadakan gathering (pertemuan) untuk saling berjumpa satu sama lain.

Iklan televisi

Ada sebuah iklan produk makanan yang memakai tokoh yang sangat mirip dengan tokoh Kamen Rider dan baltan (Ultraman) yang disebut lobstozilla. Namun iklan ini lebih mirip jiplakan secara kasar daripada sebuah pengaruh.[6]

Kontroversi

Sekitar tahun 2005 - 2007, penerbit Indonesia seperti Level Comics, berani menerbitkan manga yang berbau DEWASA (Seinen). Pada awal kemunculannya, ini sempat ditentang keras. Bahkan manga Vagabond sempat ditarik dari peredaran. Setelah pemberlakuan sensor yang lebih ketat, para penerbit tidak lagi diprotes oleh para ibu yang anaknya membaca manga-manga tersebut. Manga juga sering dinilai tidak mengindahkan rating karena pencantumannya kurang mengena oleh sebagian kalangan yang menilai.

Manga di luar Jepang

Manga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di negara-negara di luar Jepang termasuk Cina, Perancis, Italia, Malaysia, Indonesia dan lainnya. Untuk beberapa negara terdapat sebutan tersendiri untuk menyebut komik:

Jenis manga

Kategori manga pornografis

Biasanya disebut "hentai" (変態) dalam bahasa Inggris, meskipun istilah ecchi () lebih sering dipakai. Ecchi sendiri sebenarnya merupakan cara penyebutan orang Jepang untuk huruf "H" dari kata 'hentai'.